LABORATORIUM PARASITOLOGI
YANG
REPRESENTATIF
Disusun
Oleh :
PUNGKI
WALUYO
A102.08.047
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL
SURAKARTA
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Parasit adalah organisme yang hidup
didalam atau pada organisme lain dari spesies berbeda. Organisme tempat parasit
mengambil makanannya dinamakan inang (host).
Parasit, seperti sengkenit (tick),
yang hidup pada inangnya dinamakan ektoparasit.
Parasit yang hidup didalam inangnya, seperti cacing tambang atau amoeba disebut
endoparasit.
Banyak penyakit disebabkan oleh
infeksi parasit. Parasit menyebabkan penyebab penting diare. Diare merupakan
masalah-masalah utama dinegara berkembang. Diare akut yang disebabkan infeksi
parasitik dapat ditegakkan diagnosisnya melalui pemeriksaan specimen feces.
Pemahaman mengenai transmisi infeksi
parasit usus ke manusia sangat berguna bagi para ahli laboratorium. Dengan
begitu mereka dapat memberikan nasehat mengenai higene kepada masyarakat dan
menghindari infeksi pada diri sendiri, terutama didalam laboratorium.
BAB
II
LABORATORIUM
PARASITOLOGI
A. Peralatan
dan Perlengkapan Dalam Laboratorium Parasitologi
1. Meja
untuk bekerja
2. Bak
cuci (wastafel)
3. Rak penyimpanan
reagen
4. Mikroskop
5. Rak
untuk alat – alat gelas
6. Rak
untuk mikroskop
7. Tempat
penerimaan spesimen
8. Tempat
penyimpanan spesimen
9. Tempat
sampah
10. Centrifuge
11. Tempat
pengambilan spesimen
12. Sumber
Listrik
13. Sumber
air
14. Penampungan
limbah
15. Ruang
administrasi laboratorium
B. Yang
Harus diperhatikan dengan peralatan yang ada dalam laboratorium parasitologi :
1. Menjaga
kebersihan dan kerapian pada meja untuk kerja.
2. Air
diwastafel harus selalu mengalir dan menggunakan sumber air yang bersih.
3. Rak
untuk menyimpan reagen harus mudah dijangkau dan reagen harus tertata rapi, di
beri rongga untuk menghindari kontaminasi dan tidak memberikan efek negativ
baik didalam laboratorium maupun diluar laboratorium..
4. Mikroskop
harus selalu dibersihkan untuk menghindari kontaminasi dari sisa-sisa spesimen
yang menempel, terutama pada lensa obyektif maupun oluker.
5. Rak
untuk alat-alat gelas harus tertata rapi dan mudah dijangkau.
6. Tempat
penyimpanan spesimen harus tertutup agar tidak terkontaminasi dan tidak
memberikan efek negativ didalam laboratorium maupun diluar laboratorium.
7. Tempat
sampah antara yang infeksius dan biasa harus disendirikan
8. Sumber
listrik harus cukup untuk menjaga kontinuitas kerja laboratorium.
C. Pengambilan
Spesimen Feses
kira-kira 100 gram feses dalam wadah yang
bersih dan kering tanpa pengawet. Wadah yang paling cocok, yaitu wadah bertutup
ulir. Pastikan setiap cacing atau segmen0segmennya ikut terambil.
Yang harus diperhatikan :
1. Gunakan
alat pelindung diri yang lengkap (jas laboratorium, masker, handscoon, penutup
kepala, alas kaki).
2. Jangan
sekali-kali membiarkan spesimen feses terpapar udara dalam wadah tanpa penutup.
3. Jangan sekali-kali menerima spesimen feses
yang bercampur dengan urine
4. Jangan
sekali-kali memeriksa spesimen feses tanpa menggunakan alat pelindung diri yang
lengkap.
5. Periksa
selalu spesimen feses dalam 1-4 jam setelah pengambilan. Bila beberapa spesimen
diperiksa secara bersamaan, periksa spesimen feses yang mengandung lendir atau
darah terlebih dahulu, karena spesimen-spesimen tersebut dapat mengandung
amoeba motil (yang mati dalam waktu singkat).
D. Pengambilan
spesimen darah
Untuk
pengambilan spesimen darah hampir sama perlakuannya dengan pengambilan spesimen
feses. Spesimen darah digunakan untuk identifikasi Plasmodium. Kira-kira 2ml
darah dari vena diberi anticoagulant. Anticoagulant yang digunakan biasanya Na2EDTA
kristal atau Na2EDTA 10%.
Yang harus diperhatikan
dalam pengambilan Sampel darah:
1. Gunakanlah
Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap (jas laboratorium,maskermhandscoon).
2. Jangan
membiarkan spesimen darah darah terpapar oleh udara.
3. Komposisi
darah dengan anticoagulant harus tepat.
4. Jangan
memeriksa spesimen darah tanpa menggunakan APD.
5. Jangan
menerima spesimen darah yang rusak
6. Periksa
spesimen darah tidak boleh lebih dari 2 jam.
BAB
III
KESIMPULAN
DAN PENUTUP
Dalam
laboratorium kesehatan parasitologi perlu diperhatikan adalah ruangan
laboratorium, peralatan dalam laboratorium, penanganan spesimen dalam
laboratorium, kebersihan dan kerapian dalam laboratorium. Semuanya tersebut
harus sesuai dengan standart laboratorium parasitologi dan terakreditasi.
Daftar
Pustaka
Pedoman
Teknik Dasar Untuk Laboratorium / WHO : alih bahasa, Chairlan, Estu Lestari : editor
edisi bahasa Indonesia , Albertus Agung Mahode. – Ed 2 – Jakarta : EGC, 2011.